SISTEMPELUMASAN A. Pengertian Sistem Pelumasan Sistem Pelumasan Mesin adalah suatu sistem yang bertujuan memberikan lapisan film (oil film) untuk mencegah kontak langsung pada komponen- komponen yang bergesekan. 1. Fungsi Sistem Pelumasan a. Gambar Konstruksi Injektor b. Sistem Kontrol Elektronik Komponen sistem kontrol
Sebuahkapal dengan tenaga penggerak mesin diesel, biasanya mencantumkan KM (kapal motor), MS (motor ship), MV (motor Vessel) sebelum nama kapalnya, Sedangkan kapal dengan tenaga penggerak mesin uap mencantumkan KU (kapal uap), SS (steam ship) sebelum menunjukan nama kapal tersebut. Untuk jenis mesin – 2 yang terdapat disebuah
Kapalterdiri dari berbagai jenis cairan yang bergerak di dalam ruang mesin yang berbeda dan sistem di antaranya untuk tujuan pendinginan, pemanasan, pelumasan, dan sebagai bahan bakar. Cairan ini diedarkan oleh berbagai jenis pompa, yang dapat bekerja sendiri maupun didorong oleh power supply kapal atau melekat pada mesin itu sendiri.
Putar( torn ) mesin induk dengan turning gear, selama ± 5 menit sambil lakukan pelumasan. Matikan semua peralatan yang tidak diperlukan selama kapal berlabuh jangkar. Pada saat kapal berlayar maka tiba-tiba diesel motor induk mati / black out. Jelaskan beberapa kemungkinan penyebab dan bagaimana cara saudara mengatasinya !
Untukmelakukan perawatan mesin-mesin dek tahapan yang dilakukan sebagai berikut : 1. Periksa lampu-lampu indikasi. 2. Diberi perlindungan anti karat. 3. Mengecat dengan cat anti korosif. Pengecatan ini dimaksudkan untuk memberikan lapisan anti karat atau korosif pada permukaan mesin-mesin dek. 4.
Vay Tiền Nhanh Chỉ Cần Cmnd Nợ Xấu. Penambahan pelumas sering dilakukan oleh nelayan tanpa memperhatikan dampak terhadap mesin. Nelayan menduga dengan melakukan penambahan pelumas akan lebih menghemat biaya jika dibandingkan harus melakukan penggantian secara berkala. Secara umum mereka melakukan penambahan jika merasa volume dalam tangki mengalami pengurangan setelah melakukan pengecekan dan melakukan penggantian pelumas tanpa mempertimbangkan jangka waktu penggunaan pelumas. Tujuan dari penelitian ini yaitu mengetahui pola penggunaan pelumas nelayan PPI Kendari. Analisis data menggunakan metode deskriptif dengan metode pengumpulan datanya menggunakan wawancara dan kuesioner. Total responden 12 kapal, dan 2 dari 12 kapal dijadikan objek dalam perlakuan pengambilan sampel. Kapal 1 dengan mesin Mitsubishi 6D22 dan Kapal 2 dengan Mitsubishi 6D16. Konsumsi pelumas kedua kapal yaitu 20 liter per bulan. Kapal 1 melakukan penambahan pelumas setiap 6 jam, 13 jam, dan 20 jam, sedangkan kapal 2 melakukan penambahan setiap 1 kali trip 12 jam, 24 jam, 36 jam. Pola penggunaan pelumas yang digambarkan dari total responden memperlihatkan tingkat kecenderungan nelayan di PPI Kota Kendari dalam penambahan dan penggantian. Nelayan dengan frekuensi penambahan lebih banyak memiliki jangka waku penggantian pelumas lebih lama dengan kecenderungan 57 persen dibanding penggantian dengan angka 43 persen. Pola penambahan dan penggantian pelumas yang digambarkan dipengaruhi oleh jumlah trip dan durasi trip. Waktu penambahan dan penggantian pelumas di PPI Kendari berdasarkan prediksi dan kebutuhan mesin Kunci kapal, konsumsi pelumas, mesin, pelumas Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free ALBACORE P-ISSN 2549-1326, E-ISSN 2655-559X Volume 3, No 1, Februari 2019 Diterima 3 Agustus 2019 Hal 085-093 Disetujui 19 Agustus 2019 POLA PENGGUNAAN PELUMAS PADA MESIN KAPAL NELAYAN DI PANGKALAN PENDARATAN IKAN PPI KOTA KENDARI Lubricant Using Pattern on Fishing Boat Engines in Kendari Fish Landing Base PPI Oleh Etika Ariyanti Hidayat1, Budhi Hascaryo Iskandar1, Fis Purwangka1, Deni Ahmad Soeboer1 1Program Studi Teknologi Perikanan Laut Korespondensi ariyantihidayat23 ABSTRAK Penambahan pelumas sering dilakukan oleh nelayan tanpa memperhatikan dampak terhadap mesin. Nelayan menduga dengan melakukan penambahan pelumas akan lebih menghemat biaya jika dibandingkan harus melakukan penggantian secara berkala. Secara umum mereka melakukan penambahan jika merasa volume dalam tangki mengalami pengurangan setelah melakukan pengecekan dan melakukan penggantian pelumas tanpa mempertimbangkan jangka waktu penggunaan pelumas. Tujuan dari penelitian ini yaitu mengetahui pola penggunaan pelumas nelayan PPI Kendari. Analisis data menggunakan metode deskriptif dengan metode pengumpulan datanya menggunakan wawancara dan kuesioner. Total responden 12 kapal, dan 2 dari 12 kapal dijadikan objek dalam perlakuan pengambilan sampel. Kapal 1 dengan mesin Mitsubishi 6D22 dan Kapal 2 dengan Mitsubishi 6D16. Konsumsi pelumas kedua kapal yaitu 20 liter per bulan. Kapal 1 melakukan penambahan pelumas setiap 6 jam, 13 jam, dan 20 jam, sedangkan kapal 2 melakukan penambahan setiap 1 kali trip 12 jam, 24 jam, 36 jam. Pola penggunaan pelumas yang digambarkan dari total responden memperlihatkan tingkat kecenderungan nelayan di PPI Kota Kendari dalam penambahan dan penggantian. Nelayan dengan frekuensi penambahan lebih banyak memiliki jangka waku penggantian pelumas lebih lama dengan kecenderungan 57 persen dibanding penggantian dengan angka 43 persen. Pola penambahan dan penggantian pelumas yang digambarkan dipengaruhi oleh jumlah trip dan durasi trip. Waktu penambahan dan penggantian pelumas di PPI Kendari berdasarkan prediksi dan kebutuhan mesin kapal. Kata Kunci kapal, konsumsi pelumas, mesin, pelumas ABSTRACT The addition of lubricant on machine is usually done by fishers without considering the effect. Fishers assume by adding the lubricant could save more cost than replacing the lubricant periodically. In general, they add the lubricant by predicting the decreasing its volume checking the volume and replaced the lubricant without considering the periodic time of lubrication. The purpose is to know the pattern of use of fishers lubrication in PPI Kendari. Data collected by interview and questioner and analyzed by description method. Total respondances were 12 boat, and 2 of them were chosen as sampled boat. Boat 1 uses Mitsubishi 6D22 and boat 2 uses Mistubishi 6D16. Lubricant consumption of both is 20 liter per month. In addition, boat 1 added lubrication in each 6 hours, 13 hours, and 20 hours, while the boat 2 addes the lubricant in each 1 time of its trip or 12 hours, 24 hours, 24 hours. The lubricant using pattern depicted by 12 respondences shows the trend of adding and changing lubricantion by fishers in PPI Kendari. Fishers who add lubricant more often would have longer time to change the lubrication with the trend reached 57 percent compared with changing just reached 47 86 ALBACORE 3 1, Februari 2019 percent. The adding and changing pattern are affected by total trip and trip duration. The schedule to add and change the lubricant on machine in PPI Kendari depends on their prediction and needs. Key word boat, lubricant, lubricant consumption, machine PENDAHULUAN Biaya operasional dapat mencapai angka 50-70 persen untuk bahan bakar minyak BBM Mukhlisin, 2012; Mukhlisin et al, 2012. Disamping BBM, pelumas merupakan varibel penting dalam menentukan biaya operasional Arisandi et al, 2012. Biaya pelumas berkisar antara 1-5 persen dari biaya operasinal tersebut Saputra et al. 2011; La Ola, 2014; Howara, 2014. Suryawati 2013 menjelasakan di dalam penelitiannya biaya operasional untuk pelumas kapal < 5GT pertahun sebesar Hal ini berhubungan erat dengan pendapatan nelayan. Jika dilihat dari pendapatan nelayan Alpharesy et al., 2012 pendapatan nelayan kecil mencapai per bulan dengan rata-rata non pangan per bulan. Berdasarkan kedua penelitian tersebut total pengeluaran pelumas sebesar 34,45 persen dari biaya non pangan. Harga pelumas cenderung naik dari tahun ke tahun. Bila nelayan dapat menghemat dari biaya pelumas, maka biaya dapat dialokasikan untuk kebutuhan yang lain. Semojonov et al. 2014 menegaskan bahwa, pengunaan pelumas secara terus menerus akan menyebabkan masalah pada mesin. Hal ini akan mengakibatkan pengeluaran biaya tambahan untuk perbaikan mesin atau bahkan mengharuskan nelayan untuk membeli mesin yang baru. Dalam penggunaan pelumas, diduga nelayan tidak mematuhi siklus perawatan mesin. Penggantian pelumas pada umumnya dilakukan tanpa menghitung jam kerja mesin sebagaimana tercantum dalam buku perawatan mesin. Disisi lain penambahan pelumas sering dilakukan karena volume dalam tangki pelumas berkurang. Perbedaan kualitas pelumas sebelum dan sesudah penambahan belum diketahui dan hal ini menarik untuk diteliti. Jika penambahan pelumas tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas pelumas, maka penggantian pelumas bisa dilakukan dalam jangka waktu yang lebih lama. Penambahan tersebut akan berimplikasi kepada pengurangan biaya operasional nelayan. Namun dugaan tersebut perlu dipastikan dengan melakukan penelitian pendahuluan terhadap pola penggunaan pelumas dan pengujian terhadap kualitas pelumas. Pola penggunaan pelumas dalam penelitia ini meliputi pola penambahan dan penggantian pelumas. Penelitian bertujuan untuk menggambarkan pola penggunaan pelumas kapal nelayan PPI Kota Kendari. Penelitian dilakukan di Pangkalan Pendaratan Ikan PPI Kota Kendari terhadap nelayan purse seine. Hal ini didasarkan data yang menyebutkan bahwa jumlah kapal yang melakukan pendaratan di PPI Kota Kendari didominasi oleh kapal purse seine DKP Kendari 2015. METODE PENELITIAN Pengambilan data di PPI Kota Kendari dilakukan pada bulan April-Juni 2019. Lokasi pengambilan data penelitian di PPI Kota Kendari Gambar 1. Hidayat et al. –Pola penggunaan pelumas... 87 Gambar 1 Peta Lokasi Penelitian PPI Kota Kendari Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini disesuaikan dengan tujuan yang dicapai. Tabel di bawah ini menjelaskan data yang dibutuhkan. Tabel 1. Metode pengumpulan, pengolahan dan analasis data. Mengetahui pola penggunaan pelumas nelayan PPI Kota Kendari a. Jenis mesin b. Usia mesin c. Jenis pelumas d. Siklus penggantian pelumas e. Waktu penambahan pelumas f. Perawatan mesin Tabulasi dan pengelompokan Data yang dibutuhkan berupa informasi jumlah populasi kapal yang mendarat di PPI Kota Kendari. Jumlah populasi kapal digunakan dalam rumus perhitungan penentuan jumlah sampel responden yang diwawancarai. Informasi yang dibutuhkan dari beberapa responden yaitu berupa data jenis mesin, usia mesin, jenis pelumas, siklus penggantian pelumas, dan waktu penambahan pelumas. Informasi tersebut diolah menjadi tabulasi dan pengelompokan untuk mengetahui kecendrungan nelayan dalam menggambarkan pola penggunaan pelumas. Hasil wawancara dan quesioner dianalisis menggunakan metode deskriptif. Hasil penelitian berupa data jumlah populasi kapal. Data jumlah populasi kapal menjadi penentu penghitungan jumlah sampel kapal yang akan diwawancarai. Penentuan sampel dilakukan berdasarkan kriteria yang sudah 88 ALBACORE 3 1, Februari 2019 ditentukan pada Tabel 1. Rumus yang digunakan dalam penetapan jumlah sampel di dalam penelitian Zainuddin 2002 𝑛 = Z2 α2∗P 1−PNd2 N−1+ Z2 α2∗P 1−P ............................................................................. 1 Dengan n Besar Sampel Z2 α/2 Nilai Z pada derajat kepercayaan 1 - α/2 1,96 p Proporsi hal yang diteliti d Tingkat kepercayaan atau ketepatan yang diinginkan N Jumlah populasi Besar sampel yang diperoleh dari hasil perhitungan diputuskan kembali berdasarkan jadwal operasi nelayan, ketersedian nelayan untuk diwawancarai, dan ketersedian waktu serta tenaga. Langkah yang dilakukan pada tahapan ini yaitu penentuan kapal sampel sebagai acuan dalam pengambilan sampel pelumas. Sampel pelumas diambil berdasarkan jam kerja mesin kapal yang ditentukan oleh jumlah trip setiap kapal. Sampel pelumas yang diambil sebanyak 250 ml. Pengambilan sampel pelumas pada kapal berdasarkan lama waktu pemakaian pelumas atau jam kerja mesin atau jumlah trip yang dilakukan. Kapal 1 dengan pengambilan sampel berdasarkan jarak waktu tempuh ke fishing ground dan jarak waktu tempuh ke fisihing base. Waktu tempuh ke fishing groundmencapai waktu 6 jam, sedangkan ke fisihing base7 jam. Nelayan pada kapal 1 melakukan penambahan dengan pembagian 6 jam, 13 jam, dan 20 jam. Penambahan tersebut dilakukan ketika sampai di fishing ground dan ketika kembali lagi ke fishing base, sedangkan pengambilan sampel pelumas pada kapal 2 bergantung dari jadwal mendarat kapal yaitu sampai kembali ke fishing basedengan pembagian 12 jam, 24 jam, dan 36 jam. Pengambilan keputusan cara pengambilan sampel berdasarkan jadwal operasi nelayan dan waktu penambahan pelumas berdasarkan kondisi kebutuhan pelumas pada tangki mesin. HASIL DAN PEMBAHASAN Pola Penggunaan Pelumas Mesin Kapal Nelayan Nelayan yang berlabuh di PPI Kendari didominasi oleh nelayan yang berasal dari Sulawesi Selatan dan pada tahun 2017 tercatat tidak kurang dari 230 armada dengan kapasitas kapal didominasi oleh kapal 14 GT dan 20 GT yang terdiri dari armada pancing tonda, purse seine, bagan perahu, hand and line dan gill net. Menurut perhitungan Zainuddin 2002, dari 320 unit diperoleh jumlah responden 144 kapal, dan 12 diantaranya digunakan sebagai sampel untuk diwawancarai. Menurut Triyono 2003 menyatakan bahwa salah satu faktor penghalang pengambilan jumlah sampel yaitu tenaga yang tersedia, biaya dan waktu. Sampel kapal yang akan diberi perlakuan penambahan pelumas dipersempit menjadi 2 dua sampel kapal. Karakteristik kapal yang dijadikan sampel dapat dilihat pada Tabel 2. Pola penggunaan pelumas yang digambarkan 12 responden Gambar 2 dan persentase penggunaan yaitu persentase penambahan dan penggantian Gambar 3. Hidayat et al. –Pola penggunaan pelumas... 89 Gambar 2 Pola Penggunaan pelumas Penambahan dan Penggantian Gambar 2 menunjukkan pola penggunaan pelumas berdasarkan frequensi penambahan dan penggantian pelumas mesin kapal setiap responden. Frequensi penambahan pelumas dipengaruhi oleh jumlah trip tiap kapal. Rata-rata setiap kapal melakukan penambahan setelah 1 kali trip dengan durasi rata-rata 7 hari/trip. Kapal dengan frequensi penambahan paling banyak memiliki jangka waktu penggantian pelumas lebih lama, sehinga dalam periode 1 bulan tidak terjadi penggantian pelumas. Hal tersebut dikarenakan nelayan beranggapan bahwa penambahan tidak hanya berpengaruh terhadap penambahan volume, melainkan jangka waktu pemakaian yang bisa lebih lama. Penggantian pelumas yang dilakukan oleh nelayan di PPI Kota Kendari juga dipengaruhi oleh durasi trip dan jumlah trip. Kualitas pelumas setelah penambahan didapatkan dari pelumas baru. Kualitas pelumas setelah penambahan dipengaruhi oleh kandungan aditif yang ada pada pelumas tersebut. Nehal dan Nassar 2017 berpendapat bahwa, meningkatkan kinerja pelumas dapat dilakukan dengan menambahkan properti baru untuk meningkatkan pelumas yang sudah ada. Gambar 3 Persentase Penambahan Pelumas 12 responden kapal Gambar 3 menjukkan presentase pola penggunaan pelumas dari 12 responden berdasarkan pola penambahan dan penggantian dalam waktu 1 bulan. Gambar 2 menggambarkan sekitar 57 persen nelayan PPI Kota Kendari lebih cenderung melakukan ppenambahan pelumas dibandingkan melakukan penggantian. Nelayan PPI Kendari melakukan penggantian berdasarkan prediksi, namun kecendrungan mereka melakukan penggantian setelah menempuh 3-4 trip dengan durasi 3-7 hari/trip. Penggunaan pelumas nelayan PPI Kendari tidak disesuaikan dengan jenis mesin atau tipe mesin. Nelayan yang mendaratkan kapalnya di PPI Kendari menggunakan jenis pelumas yang sama yaitu merk 90 ALBACORE 3 1, Februari 2019 Meditran S. Berdasarkan hasil wawancara, dalam sekali penggantian pelumas nelayan menghabiskan sekitar 10-20 liter pelumas tergantung jenis mesin dengan biaya per 10 liter. Fujita, Eric M et al. 2006 berpendapat bahwa, konsumsi pelumas pada mesin dipengaruhi oleh partikel yang tersisa akibat sisa pembakaran dan mengendap di dalam mesin. Penggunaan pelumas yang tidak sesuai dapat mempengaruhi performa setiap mesin, penggantian pelumas pun harus diperhatikan. Nikolakopoulos et al. 2018 menuliskan bahwa, pemaham terhadap penggunaan pelumas dengan karakteristik yang tepat harus dipahami. Syahputra 2016 menegaskan kembali bahwa, pelumas dengan kualitas rendah bila digunakan pada mesin akan mudah rusak atau terkomposisi, sehingga dapat menyebabkan penurunan volume akibat penurunan viskositas pelumas dan penurunan kualitas pada pelumas menyebabkan hilangnya daya lumas pada komponen mesin. Tidak ada standar waktu yang baku bagi nelayan dalam mengganti pelumas. Biasanya penggantian pelumas dilakukan setiap 3-4 trip atau setiap bulan dan mengabaikan jam kerja mesin. Effendi dan Rabiyatul Adawiyah 2014 menyatakan bahwa, pemakaian oli direkomendasikan dalam jarak tempuh km, km atau lebih hingga km. Minyak pelumas yang digunakan mempunyai jangka waktu pemakaian tertentu, tergantung dari kerja mesin, minyak pelumas merupakan sarana pokok dari suatu mesin untuk dapat beroperasi secara optimal Effendi dan Adawiyah, 2014. Penambahan pelumas pada Kapal 1 dan Kapal 2 disesuaikan berdasarkan keadaan atau kondisi tangki pelumas saat dilakukan pengecekan, jika dirasa berkurang maka nelayan akan melakukan penambahan berdasarkan perkiraan saja. Berkurangnya pelumas pada mesin disebabkan kondisi mesin kedua kapal tidak dalam kondsi prima hal tersebut dipengaruhi karena kapal tidak memiliki perawatan yang khusus atau perawatan secara berkala. Nelayan beranggapan bahwa mesin yang digunakan hanya perlu dilakukan perbaikan jika terjadi kerusakan, perawatan khusus akan menambah biaya yang harus mereka keluarkan, selain biaya operasional. Lazakis et al. 2010 mengungkapkan, bagi sebagain manajer kapal menganggap pemeliharaan sebagai bidang pengeluaran yang tidak perlu dan biaya yang berlebihan dan bukan sebagai elemen yang penting. Tabel 2. Karakteristik Kapal 1 dan Kapal 2 Jumlah pemakaian Pelumas ltr/bulan Frequensi Penggantian Pelumas Kapasitas tangki pelumas kapal 1 dan kapal 2 menunjukkan jumlah konsumsi pelumas yang sama yaitu 20 liter per bulan. Shop Manual Diesel Engine Mitsubishi 6D22 2019 menunjukkan kapasitas tangki pelumas 27 liter dan untuk konstruksi mesin 25 liter, selain itu kapasitas saringan oli dapat menampung atau menyaring oli 4 hingga 4,5 liter. Specifications of Mitsubishi Diesel Engine 6D16 2011 menunjukkan kapasitas total tangki pelumas sebesar 13,5 liter. Jenis mesin yang digunakan oleh kedua kapal sampel merupakan mesin diesel. Kapal 1 dan Kapal 2 tidak memiliki siklus penggantian pelumas yang teratur. Hal ini dikarenakan nelayan PPI Kota Kendari lebih mempertahankan pelumas lama yang ada dalam mesin sambil menambahkan pelumas baru jika terjadi pengurangan volume. Pengurangan volume pelumas pada kapal 1 dan kapal 2 disebabkan karena perubahan kualitas pelumas yaitu menurunnya tingkat kekentalan pelumas. Mohammad Galbi dan Ishak 2016 berpendapat bahwa perubahan viskositas memiliki korelasi yang Hidayat et al. –Pola penggunaan pelumas... 91 signifkan terhadap jam kerja mesin. Tabel 3 memperlihatkan waktu penambahan, volume pelumas yang berkurang dan volume pelumas baru yang ditambahkan pada kapal 1 dan kapal 2. Tabel 3. Penambahan Pelumas Kapal 1 dan Kapal 2 Volume Awal Pelumas ltr Volume Pelumas yang Berkurang ml Volume Pelumas yang Ditambahkan ml Nelayan di PPI Kendari menduga bahwa dengan melakukan penambahan akan mengurangi biaya pengeluaran untuk pelumas. Riyadi 2008 berpendapat bahwa, nelayan bisa melakukan pengehematan pelumas sekitar Rp. per tahun jika nelayan melakukan penggantian pelumas sesuai dengan petunjuk perawatan mesin. Perbedaan biaya kapal dengan pelumas cadangan dengan tanpa pelumas cadangan Tabel 4. Tabel 4. Biaya Pelumas Kapal Konsumsi pelumas utama lt/bulan Konsumsi pelumas cadangan lt/bulan Harga pelumas cadangan Rp Konsumsi pelumas utama lt/bulan Konsumsi pelumas cadangan lt/bulan Harga pelumas cadangan Rp Jika dilihat dari total pengeluaran biaya pelumas per bulan dengan pelumas cadangan dan tanpa pelumas cadangan, nelayan lebih banyak mengeluarkan biaya jika menggunakan pelumas cadangan dengan konsumsi pelumas cadangan 5 liter per bulan. Nelayan bisa melakukan penghematan biaya tanpa pelumas cadangan, namun kondisi ini harus didukung dengan keadaan mesin yang prima. Bhosale et al. 2013 menyatakan bahwa, pelumas yang sudah terkontaminasi harus diganti secara periodik, hal ini bertujuan untuk mendukung performa mesin agar tetap baik. Penggantian pelumas disebabkan oleh banyak faktor dan tergantung dari kondisi operasinya. KESIMPULAN Pola penggunaan pelumas pada mesin kapal di PPI Kota Kendari berdasarkan frekuensi penambahan dan penggantian terlihat sekitar 57 persen nelayan cenderung melakukan penambahan dibandingkan penggantian pelumas. Penggantian pelumas dipengaruhi oleh jumlah dan durasi trip, selain itu semakin sering melakukan penambahan maka durasi penggantian pelumas semakin lama. Nelayan pada umunnya biasa melakukan penambahan pelumas tanpa mempertimbangkan dampak, dan melakukan penggantian tanpa petunjuk baku perawatan atau berdasarkan prediksi saja. 92 ALBACORE 3 1, Februari 2019 Berdasarkan kebiasaan kedua mesin kapal sampel yaitu Kapal 1 lebih sering melakukan penambahan yaitu setiap 6 Jam, 13 jam dan 20 jam, sedangkan Kapal 2 melakukan penambahan setiap 1 kali trip 12 jam, 24 jam dan 36 jam. Penggantian pelumas kedua kapal dilakukan bedasarkan prediksi atau perkiraan. Rata-rata waktu penggantian pelumas dengan penambahan yang biasa dilakukan yaitu 1 bulan sekali. SARAN Nelayan sebaiknya melakukan penggantian pelumas berdasarkan petunjuk perawatan dan menggunakan pelumas sesuai dengan standar baku perawatan, selain memperpanjang usia pemakaian mesin, akan bermanfaat dalam penghematan biaya untuk penggantian mesin atau memperbaiki kerusakan. UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan terima kasih diberikan kepada Lembaga Pengelola Dana Pendidikan LPDP yang memberikan saya kesempatan menjadi bagian dari keluarga besarnya dan sebagai sponsor bagi penulis selama menempuh pendidikan magister/S2 di program studi Teknologi Perikanan Laut, Institut Pertanian Bogor. Dukungan yang diberikan tidak hanya berupa dana pendidikan dan fasilitas, namun LPDP memiliki awardee yang bertanggung jawab atas tugasnya masing-masing yang bersedia memberikan motivasi satu sama lain dalam penyelesaian masa studi. Ucapan terima kasih juga diucapkan kepada PPI Kota Kendari yang sudah memberikan izin untuk melakukan penelitian dan pengambilan data, serta nelayan yang sudah bersedia membantu dalam proses wawancara dan yang bersedia menjadi sampel percobaan untuk memenuhi kriteria kesempurnaan dari karya ilmiah ini. DAFTAR PUSTAKA Ahmed NS, Nassar AM. 2017. Lubricating oil additive [Research Report]. Egypt ID Egyptian Petroleum Research Institut INTECH. Alpharesy MA, Anna Z, Yustiati A. 2012. Analisis pedapatan nelayan dan pola pengeluaran rumah tangga nelayan buruh di Wilayah Pesisir Kampak Kabupaten Bangka Barat. Jurnal Perikanan Perikanan Kelautan. 3 1 11-16. Arisandi M, Darmanto, Priangkoso T. 2012. Analisa pengaruh bahan dasar pelumas terhadap viskositas dan konsumsi bahan bakar. Momentum. 8 1 56-61. Bhosale AA, Joshi K, Karadkar T, Mangidkar K. 2014. Analysis of lubricating oil deterioration in four-wheeler. Applied Mechanics and Materials. 446-447 558-561. Effendi MS, Adawiyah R. 2014. Penurunan nilai kekentalan akibat pengaruh kenaikan temperatur pada beberapa merek minyak pelumas. Jurnal INTEKNA. 01 1-101. Fujita EM, David EC, Barbara Z. 2006. Chemical analysis of lubrication oil samples from a study to characterize exhaust emissions from light-duty gasoline vehicles in the kansas city metropolitan area [Research Report]. Amerika Serikat ID Desert Research Institute. Galbi M, Ishak A. 2016. Prediksi penggantian minyak pelumas motor diesel generator set berdasarkan laju perubahan viskositas dan total base number dengan pendekatan linieritas [tesis]. Jakarta ID Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”. Howara D. 2014. Maksimisasi pendapatan nelayan pancing ulur di Desa Tete B Kabupaten Tojo Una-Una. J. Agroland. 21 2 109 – 114. Hidayat et al. –Pola penggunaan pelumas... 93 Lazakis I, Turan O, Aksu S. 2010. Increasing ship operational reliability through the implementation of a holistic maintenance management strategy. JurnalShips and Offshore Structures. 5 4 337-357. Mukhlisin, Zainal A, Fadli N, Nasution AM, Marzuki MD. 2012. Analisis subsidi bahan bakar minyak BBM solar bagi nelayan di Kabupaten Aceh Besar, Provinsi Aceh. Jurnal Ilmu-ilmu Perairan, Pesisir, dan Perikanan. 12 107-113. Nikolakopoulos PG, Mavroudis S, Zavos A. 2018. Lubrication performance of engine commercial oils with different performance levels the effect of engine synthetic oil aging on piston ring tribology under real engine conditions [Artikel]. Yunani ID University of Patras. Ola LO. 2014. Efisiensi biaya produksi dan daya saing komoditi perikanan laut di Pasar Lokal dan Pasar Ekspor. Jurnal Bisnis Perikanan. 1 1 39-50. Riyadi, Mochamat S. 2008. Evaluasi penggantian jam operasi Pelumas Meditran S SAE-40 dengan metode oil analysis pada mesin diesel pembangkit tenaga listrik Cummins KTA 38-G5 di Pusdiklat Migas Cepu [Tesis]. Yogyakarta ID Universitas Gadjah Mada. Saputra, SW, Solichin, Wijayanto, Kurohman. 2011. Produktivitas dan kelayakan usaha tuna longliner di Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah. Jurnal Saintek Perikanan. 6 2 84-91. Semjonovs J, Springis G, Leitans A. 2014. Increasing of engine oil change interval by using additional oil filter in diesel engines. Latvia ID Riga Technical University. Shop Manual Diesel Engine Mitsubishi 6D22. 2019. Diesel Engine 6D2 for indudtrial use [Internet]. [Diakses Tanggal 01 Juli 2019]. Tersedia https Specifications of Mitsubishi Diesel Engine 6D16. 2011. Mitsubishi 6d16 Valve Adjustment Procedure [Intenet]. [Diakses Tanggal 01 Juli 2019]. Tersedia Suryawati SH, Ramadhan A, Zamroni A, Purnomo AH. 2013. Kebijakan Antisipatif dalam Menghadapi Dinamika Harga Bbm Pada Usaha Perikanan Tangkap. Vol. 3 No. 2 Tahun 2013. ISSN 25273280. Syahputra A. 2016. Studi Perbandingan Kualitas Pelumas Mesin Motor 4t Di Kota Palembang Menggunakan Metode Ft-Ir. Jurnal Teknik Patra Akademika. 7 2 1-60. Triyono. 2003. Teknik Sampling Dalam Penelitian [Artikel]. Kalimantan ID Universitas Palangkaraya. Zainuddin. 2002. Metode Penelitian Hukum. Jakarta Sinar Grafi. Pembangkitan dan pemanfaatan energi listrik yang baik pada sebuah kapal niaga akan memberikan rasa nyaman dan aman terhadap semua orang yang menggunakan fasilitas tersebut. Kapal XYZ merupakan salah satu kapal niaga di Nusa Tenggara Timur yang beroperasi untuk melayani penyeberangan dari Kupang menuju Rote. Kapal ini menggunakan 3 buah generator untuk memenuhi kebutuhan energi listriknya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsumsi energi dan bahan bakar yang dipergunakan selama melakukan kegiatan pelayaran dan mengetahui kondisi generator yang dipergunakan. Hasil analisis menunjukan bahwa presentase pembebanan generator terhadap beban listrik kapal masih cukup memenuhi, dengan rata-rata sebesar 8,76%. Konsumsi bahan bakar generator dalam sekali operasi sebesar 200,34 Liter/hari, masih sesuai dan mencukupi dari kapasitas ruang bahan bakar pada kapal. Pemakaian generator juga dilakukan secara efektif dan efisien dengan penjadwalan yang bergantian agar setiap generator dapat bekerja secara maksimal dalam waktu yang lama untuk menghindari is one of important components in fishing activity. The objectives of this research were to analyze the need and the receiver of fuel subsidy in Aceh Besar t as well as to analyze the problems that faced by fisherman in Aceh Besar district. The survey was done on June-August 2012 in five sub-district in Aceh Besar namely 1 Baitussalam, 2 Mesjid Raya, 3 Leupung 4 Lhoknga dan 5 Mesjid Raya. The result shown that the average cost of one trip of fishing activities in Aceh Besar were The lowest operational cost was found in Seulimum per trip and the highest was found in Baitussalam sub-district Rp1, 793,710 per trip. Fuel was the biggest cost for fishing activity; it was ranged 40%-73% with average The lowest proportion of fuel consumption was found in Baitussalam sub-district and the highest was found in Lhoknga sub-district. In average, the fisherman’s fuel consumption was 1,237L. per month; with total subsidy was Rp 5,824,737 per fisherman per month. The profit will be decreased up to if there was no fuel subsidy. In addition, the result also shown that the fisherman in Aceh Besar did not have any skill to generate their alternative income. As the consequence, in the future there is a need to develop programs to generate the alternative livelihood for Aceh Besar fisherman as well as their Capture fishery, conservation, budget allocation, and climate changesTo further improve efficiency in automotive engine systems, it is important to understand the generation of friction in its components. Accurate simulation and modeling of friction in machine components is, amongst other things, dependent on realistic lubricant rheology and lubricant properties, where especially the latter may change as the machine ages. Some results of research under laboratory conditions on the aging of engine commercial oils with different performance levels mineral SAE 30, synthetic SAE10W-40, and bio-based are presented in this paper. The key role of the action of pressure and temperature in engine oils’ aging is described. The paper includes the results of experiments over time in laboratory testing of a single cylinder motorbike. The aging of engine oil causes changes to its dynamic viscosity value. The aim of this work is to evaluate changes due to temperature and pressure in viscosity of engine oil over its lifetime and to perform uncertainty analysis of the measured values. The results are presented as the characteristics of viscosity and time in various temperatures and the shear rates/pressures. This paper also includes a Computational Fluid Dynamics CFD model, applying the experimental results in the piston ring tribology problem. Adisyahputra AdisyahputraAbstrak Telah dilakukan penelitian untuk mengetahui kualitas pelumas motor 4 empat langkah di Kota Palembang khususnya di sekitaran Plaju. Sampel pelumas yang digunakan adalah sebanyak 10 sepuluh jenis, dimana masing-masing diambil dari toko kecil dan toko besar dealer. Pengujian sampel dilakukan menggunakan metode FT-IR. Dari hasil analisis menunjukkan bahwa kesemua jenis pelumas merupakan jenis pelumas sintetis dan tidak menunjukkan perbedaan antara pelumas yang diperoleh dari toko besar dealer dengan yang diperoleh dari toko kecil. Kata Kunci Pelumas, Metode FT-IR I. Pendahuluan Terus meningkatnya jumlah kendaraan bermotor menyebabkan kebutuhan akan pelumas juga turut meningkat. Tingginya kebutuhan pelumas tersebut dapat menimbulkan dampak lingkungan yang berbahaya antara lain peningkatan jumlah limbah pelumas bekas hasil aktivasi permesinan akibat adanya proses reaksi oksidasi dan dekomposisi suhu yang tinggi. Limbah pelumas bekas mengandung kotoran-kotoran logam, aditif, sisa bahan bakar dan kotoran yang lain. Limbah ini dapat diregenerasi dan dijadikan bahan dasar minyak pelumas yang baru. Meskipun pelumas bekas dapat diolah kembali untuk digunakan pada kendaraan bermotor selayaknya pelumas baru. Hal ini dapat memberikan dampak negatif jika hasil pengolahan pelumas bekas tersebut masih terdapat senyawa-senyawa oksidatif yang dapat menyebabkan keausan pada mesin kendaraan bermotor meskipun sifat fisikanya masih masuk dalam jenis pelumas yang disyaratkan. Metode yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi kandungan senyawa-senyawa yang tidak diinginkan dalam pelumas salah satunya adalah metode FT-IR. Pelumas berkualitas rendah bila digunakan di dalam mesin akan mudah rusak atau terdekomposisi, sehingga akan berkurang atau bahkan hilang daya lumasnya. Ketidaktahuan masyarakat awam mengenai kualitas pelumas hanya berdasarkan merek terkenal, perbandingan harga maupun rekomendasi dari produsen kendaraan bermotor tertentu saja. Pemilihan pelumas yang kurang tepat akibat ketidakpahaman tersebut dapat menyebabkan performa kendaraan bermotor selama pemakaian menjadi kurang optimal. Oleh sebab itu, perlu dilakukan penelitian terhadap kualitas pelumas, sehingga penggunaan pelumas yang tidak memenuhi kualitas seperti yang disyaratkan dapat dihindari. Penelitian kualitas pelumas juga bertujuan memberikan informasi yang akurat dan obyektif tentang kualitas dari beberapa merek oli yang ada di pasaran khususnya di Kota oil used in vehicles deteriorates over the period of use, due to various causes. These include, high temperatures, great variety of contaminants like carbonic acid etc [1]. Deteriorated oil must be changed periodically, to ensure smooth performance of vehicle. Changing the lubricant too early, cause inefficient use of already depleting resources, also unwanted impact on environment. However, changing the oil too late may affect vehicle performance. Hence to compromise between these two necessities, optimum oil change point must be maintenance was initially considered as more of a financial burden than as a way to preserve safety, environment and quality transportation. The benefits from applying a sound and systematic maintenance policy are emerging both in the minimisation of unnecessary downtime as well as in the increase of operational capability. In this paper, a novel predictive maintenance strategy is demonstrated, combining the existing ship operational and maintenance tasks with the advances stemming from new applied techniques. The initial step for the application of the above-mentioned strategy is also shown regarding the machinery space of a cruise ship. Well-known tools are applied such as Failure Modes, Effects and Criticality Analysis FMECA and Fault Tree Analysis FTA. Outcomes of this study are the identification of the critical components of the system, the estimation of the reliability of the overall system and sub-systems, the prioritisation of the maintenance tasks and finally the availability of the specific end events/ is disclosed are methods for making polymer-in-oil solutions, useful for improving the viscosity-temperature relationship and low-temperature properties of lubricating oils when added thereto, which methods comprise polymerizing a methacrylic acid ester of an alcohol having 8 to 18 carbon atoms onto a polyolefin polymer of an olefinic hydrocarbon monomer having 2 to 4 carbon atoms in an oil solution of the polyolefin and ester monomers, then adding further polyolefin polymer to the solution and finally graft copolymerizing a polymerizable heterocyclic compound having a basic nitrogen atom in the ring thereof onto the resulting mixed polymers as backbone polymers or , in the alternative, separately graft copolymerizing a polymerizable heterocyclic compound having a basic nitrogen atom in the ring thereof onto a first backbone polymer which is itself a graft copolymer, in an oil solution, of a methacrylic acid ester of an alcohol having 8 to 18 carbon atoms on a polyolefin polymer of an olefinic hydrocarbon monomer having two to four carbon atoms and further graft copolymerizing a polymerizable heterocyclic compound having a basic nitrogen atom in the ring thereof onto a polyolefin polymer of the type described above and then combining the two graft copolymers thus formed to produce the desired polymer-in-oil bahwa kenaikan ketersediaan energi alternatif belum dapat mengimbangipenurunan stok energi fosil, kenaikan harga bahan bakar minyak BBM di Indonesia tak harga BBM tersebut diperkirakan memberikan dampak negatif terhadap biaya operasionalusaha perikanan tangkap, budidaya dan pengolahan. Makalah ini bertujuan untuk menganalisiskeragaan usaha perikanan tangkap, menganalisis dampak kenaikan harga BBM terhadap usahaperikanan tangkap, dan merumuskan strategi kebijakan untuk mengantisipasi dampak kenaikan hargaBBM untuk jangka pendek dan menengah pada usaha perikanan tangkap. Untuk analisis-analisis ini,dipergunakan data-data sekunder yang diperoleh dari tiga sumber utama, yaitu statistik perikanantangkap, laporan-laporan terkait penggunaan BBM pada kapal perikanan dan laporan-laporan dampakkenaikan harga BBM pada periode sebelumnya. Hasil analisis menunjukkan 1 Kenaikan harga BBMberdampak secara langsung proses produksi, distribusi dan konsumsi usaha perikanan; 2 Pelakuusaha perikanan melakukan usaha adaptasi dalam bentuk inovasi pembiayaan, pengurangan operasikegiatan penangkapan, penggunaan kapal pengangkut dan penjualan langsung yang memberikandampak lanjutan terhadap penurunan produksi dan penurunan pendapatan; 3 Strategi kebijakanyang dapat dipertimbangkan adalah pertama, mendorong dan mempromosikan penggunaan energialternatif; kedua, mempertimbangkan daerah over fishing sebagai daerah konservasi; ketiga, penjaminanharga ikan berkualitas; dan keempat, peningkatan kapasitas sarana dan prasarana untuk penangananpasca panen. Kebijakan di hilir seperti penjaminan harga ikan berkualitas dan pengadaan sarana danprasarana untuk penanganan pasca panen direkomendasikan sebagai kebijakan kreatif yang dapatmemberikan dampak positif kepada pelaku usaha perikanan dan kinerja usaha perikanan secara Policy Anticipation to Cope With Fuel Price Dinamics inCapture FisheriesDue to the fact that the accumulating rate of alternative energies has not compensated thedecrease in stock of fossil energy, fuel price increased are unavoidable. Fuel price increases areexpected to bring negative impacts onoperationa costs of capture fisheries, aquaculture as well as fishprocessing. This paper aims to 1 analyze the status of capture fisheries, 2 the impact of fuel priceincreased on capture fisheries activity and 3 formulate policy strategies to anticipate the impacts offuel price increased in the near future and long temperiod. This analysis used secondary data that havecollected from three main sources, namely Capture Fisheries Statistics, fuel consumption documentsof fishing vessels and reports on the impact fuel price increase of past period. Results shows that 1Fuel price increase impacts directly affected to production process as well as productsdistribution andconsumption; 2 Fishing vessel operators adapted to the situation through various approaches including financial innovation, reduction in fishing activities, deploying carrier vessels, and carrying out direct selling; 3 Policystrategy options consist on several points firstly, promoting the alternative energy;secondly, converting overexploitedfishing grounds into conservation areas;thirdly, imposing quality –based pricing policies; and fourthly, increasing thecapacity of post-harvest handlingfacilities and infrastructure. Downstream policies such as price guaranty based onfish quality and provision of post-harvest facilities and infrastructure are considered as creative policies, which canpositively impact on fisheries biaya produksi dan daya saing komoditi perikanan laut di Pasar Lokal dan Pasar EksporL O OlaOla LO. 2014. Efisiensi biaya produksi dan daya saing komoditi perikanan laut di Pasar Lokal dan Pasar Ekspor. Jurnal Bisnis Perikanan. 1 1 39-50.
Pentingnya mesin induk dalam sebuah kapal perlu dilakukan upaya-upaya dalam menangani sistem pelumasan mesin diesel sebagai alat penggerak utama pada sebuah kapal. Tujuan dari penelitian ini adalah ingin mengetahui tentang sistem pelumasan mesin induk di atas kapal KM. Djo pada PT. Dharma Bahari Riau a proses pelumasan mesin induk di KM. Djo PT. Dharma Bahari Riau, b memaparkan kendala yang terjadi pada saat pelaksanaan pelumasan mesin di KM. Djo PT. Dharma Bahari Riau, dan c upaya apa saja untuk mencapai tekanan minyak lumas pada tekanan yang diharapkan. Metode penelitian deskriktif analisis dengan menjelaskan aspek-aspek yang relevan dengan fenomena yang diamati yaitu pelumasan dan pengaruh sistem pelumasan mesin induk pada KM. Djo. No. 2. Berdasarkan hasil penelitian dan temuan di lapangan sistem pelumasan pada mesin induk diatas kapal KM. Djo menggunakan sistem pelumasan carter kering, penggantian minyak pelumas selalu dilakukan setelah 1200 jam kerja, tekanan dari minyak lumas harus mencapai tekanan 5kg/cm atau yang telah ditentukan. Upaya yang dilakukan dalam mengatasi kerusakan pada minyak lumas dengan pemeriksaan dan penggantian saringan/filter penggantian minyak lumas dapat memperkecil kerusakan pada mesin tersebut dan berikan minyak lumas sesuai dengan tipe dan jam kerja pada kapal. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free Jurnal Sains Teknologi Transportasi Maritim p-ISSN 2684-9135 Volume I No. 1. Mei 2019. 19 Metode Perawatan Sistem Pelumasan Untuk Menunjang Kinerja Motor Induk Di Atas Kapal KM. DJO Pada PT. DHARMA BAHARI RIAU Iing Mustain1, Taufik Hidayat2, Abdurohman3 1,2,3 AKMI Suaka Bahari Cirebon ABSTRACT The importance of the main engine in a ship needs to be made efforts in handling the diesel engine lubrication system as the main driving device on a ship. The purpose of this study is to know about the main engine lubrication system on board KM. Djo at PT. Dharma Bahari Riau a the main engine lubrication process in KM. Djo PT. Dharma Bahari Riau, b explained the obstacles that occurred during the implementation of engine lubrication in KM. Djo PT. Dharma Bahari Riau, and c any effort to achieve oil pressure is sufficient at the expected pressure. Descriptive research method of analysis by explaining aspects that are relevant to the observed phenomenon, observed the lubrication and the effect of the main engine lubrication system on KM. Djo. No. 2. Based on the results of research and findings that lubrication systems on the main engine on board KM. Djo uses dry sump tank lubrication, replacing lubricating oil is always carried out after 1200 working hours, the pressure from lubricating oil must reach a pressure of 5kg / cm or determined. The efforts made in dealing with damage to lubricating oil by checking and replacing filters / lubricating oil replacement filters can minimize damage to the machine and provide lubricating oil according to the type and working hours on the ship. Keywords main engine, lubrication system, dry sump tank, filter oil. ABSTRAK Pentingnya mesin induk dalam sebuah kapal perlu dilakukan upaya-upaya dalam menangani sistem pelumasan mesin diesel sebagai alat penggerak utama pada sebuah kapal. Tujuan dari penelitian ini adalah ingin mengetahui tentang sistem pelumasan mesin induk di atas kapal KM. Djo pada PT. Dharma Bahari Riau a proses pelumasan mesin induk di KM. Djo PT. Dharma Bahari Riau, b memaparkan kendala yang terjadi pada saat pelaksanaan pelumasan mesin di KM. Djo PT. Dharma Bahari Riau, dan c upaya apa saja untuk mencapai tekanan minyak lumas pada tekanan yang diharapkan. Metode penelitian deskriktif analisis dengan menjelaskan aspek-aspek yang relevan dengan fenomena yang diamati yaitu pelumasan dan pengaruh sistem pelumasan mesin induk pada KM. Djo. No. 2. Berdasarkan hasil penelitian dan temuan di lapangan sistem pelumasan pada mesin induk diatas kapal KM. Djo menggunakan sistem pelumasan carter kering, penggantian minyak pelumas selalu dilakukan setelah 1200 jam kerja, tekanan dari minyak lumas harus mencapai tekanan 5kg/cm atau yang telah ditentukan. Upaya yang dilakukan dalam mengatasi kerusakan pada minyak lumas dengan pemeriksaan dan penggantian saringan/filter penggantian minyak lumas dapat memperkecil kerusakan pada mesin tersebut dan berikan minyak lumas sesuai dengan tipe dan jam kerja pada kapal. Kata Kunci mesin induk, sistem pelumasan, carter kering, saringan minyak. Jurnal Sains Teknologi Transportasi Maritim p-ISSN 2684-9135 Volume I No. 1. Mei 2019. 20 PENDAHULUANSemakin banyak mesin diesel digunakan maka diperlukan tempat servis mesin induk dan tenaga ahli mekanik perbaikan mesin. Untuk melakukan perbaikan mesin Mekanik mesin induk harus dapat memiliki keahlian memperbaiki mesin induk yang bermacam–macam kontruksinya sehingga setiap merek komponen mesin induk memiliki kekhususan yang perlu di pelajari. Sampai saat ini mesin kapal laut tetap menggunakan mesin induk sebagai alat utama penggerak kapal. Agar supaya pengoperasian kapal laut berjalan dengan lancar maka perlu di perhatikan untuk masalah system pelumasan yang di gunakannya. Jika memperhatikan petunjuk sistem lumas pada mesin induk kapal laut maka sistem pelumasan harus dilaksanakan secara rutin dan dilakukan minimal sebulan sekali. Pengaruh sistem pelumasan terhadap mengoperasian mesin induk di atas kapal KM. DJO pada PT. Dharma Bahari Riau. Mengingat semakin meningkatnya pengoperasian kapal di pelabuhan Cirebon dari tahun ke tahun sehingga membawa pengaruh yang sangat besar terhadap perkembangan PT. Dharma Bahari Riau. Untuk hal penerimaan perbaikan dan perawatan kapal – kapal yang akan dilakukan diatas kapal, baik dari dalam perusahaan maupun dari luar perusahaan. Setelah memperhatikan pentingnya mesin induk sebagai mesin penggerak utama dan alat yang paling vital dalam sebuah kapal serta luasnya komponen – komponen mesin. Untuk itu harus di lakukan upaya– upaya dalam menangani sistem pelumasan mesin diesel sebagai alat penggerak utama pada sebuah kapal. Tujuan dari penelitian ini adalah ingin mengetahui tentang sistem pelumasan Mesin Induk di atas kapal KM. Djo pada PT. Dharma Bahari Riau. Yang mencakup a proses pelumasan mesin induk di KM. Djo PT. Dharma Bahari Riau, b memaparkan kendala yang terjadi pada saat pelaksanaan pelumasan mesin di KM. Djo PT. Dharma Bahari Riau, dan c upaya apa saja untuk mencapai tekanan minyak lumas pada tekanan yang diharapkan. A. Pelumasan mesin Dalam sebuah mesin terdapat banyak bagian yang mengalami gesekan seperti metal, roda gigi, torak yang dikenakan gaya gesek yang mengganggu gerakannya. Karena gaya ini, bagian yang bergerak menjadi aus sehingga kedudukannya longga atau malah melekat sehingga tidak dapat bergerak lagi. Jika gesekannya besar akan terjadi pemborosan tenaga penggerak mesin. Untuk mengurangi gesekan agar mencegah ausnya atau melekatnya bagian-bagian yang bergesekan dibutuhkan pelumasan dengan memberikan bahan minyak lumas pada permukaan-permukaan yang bergesekan, selain melumasi bagian-bagian yang akan bergesekan harus dibuat dari bahan yang sesuai Rasyi, 2001. Type dasar dari pada system pelumasan yang umum digunakan pada mesin-mesin ialah system carter basah dan system carter kering. a. Sistem carter basah Pada system ini di bagian bawah dari pada piringan atau pun yang juga merupakan tangki suply dan ada kalannya juga merupakan alat pendingin dari pada pelumas. Minyak lumas yang jatuh menetes dari silinder-silinder dan bantalan-bantalan kembali ke dalam tempat ini, untuk selanjutnya dialirkan kembali dengan sebuah pompa minyak lumas kedalam sistem pelumasannya tadi. Sistem sump tank basah ini banyak digunakan pada mesin-mesin kecil. b. Sistem Carter Kering Minyak lumas yang jatuh ke dalam sump tank selanjutnya di alirkan dengan sebuah pompa minyak lumas melalui sebuah filter dan dikembalikan lagi ke dalam tangki suply. Tangki suply ditempatkan di luar mesinnya, pompa ini mempunyai kapasitas yang besar sehingga dapat mengosongkan sama sekali sump tanknya atau tangkinya. Pada umumnya system ini menggunakan sebuah oil cooler baik yang menggunakan air maupun udara sebagai medium pendinginnya. Sistem carter kering ini banyak digunakan pada mesin stasioner yang besar seperti dikapal maupun didarat Wijaya, 2010. Fungsi pelumasan permukaan gesek dilaksanakan dengan pemberian minyak atau lemak lumas, dengan tujuan untuk a. Mengurangi gesekan untuk meningkatkan efisiensi mekanis. b. Mengurangi ausnya permukaan gesekan, agar melekatnya permukaan tersebut tak terjadi. c. Menyeret panas yang dihasilkan, gesekan atau panas yang diteruskan dari bahan-bahan lain agar mencegah pemanasan yang berlebihan. d. Mencuci hydrocarbon atau serbuk logam sehingga permukaan gesekan bersih. Jurnal Sains Teknologi Transportasi Maritim p-ISSN 2684-9135 Volume I No. 1. Mei 2019. 21 e. Menutup bagian-bagian seperti cela antara silinder dan cincin torak. f. Memancarkan gaya yang bekerja secara local pada permukaan gesekan. g. Menghindari oksidasi dan karat pada permukaan gesekan. h. Mencegah adanya debu. B. Bahan minyak lumas a. Jenis-jenis minyak lumas pada mesin induk 1 Oli Cylinder M/E Medripal 440/SAE 40. 2 Oli System M/E Medripal 312/SAE 30. b. Penggolongan bahan minyak lumas 1 Minyak lumas cair Jenis yang banyak terdapat dan sering digunakan adanya minyak lumas mineral yang disuling dari minyak bumi dan dimurnikan. Penggunaannya untuk melumasi bagian-bagian yang bergerak seperti poros engkol, silinder dan lainnya. 2 Minyak lumas setengah padat Yang paling popular adalah lemak yang dihasilkan oleh penambahan sabun kalsium atau sabun soda ke minyak lumas. Dipakai untuk melumasi bagian-bagian yang bergerak lambat dan cepat, seperti transmisi, poros engkol. 3 Minyak lumas padat Grafik berbentuk serbuk dan digunakan sebagai campuran dengan lemak atau minyak lumas. Dipakai untuk melumasi bagian-bagian yang bersuhu tinggi. c. Sifat-sifat minyak lumas 1 Setiap minyak lumas mempunyai sifat-sifat yang berbeda. Sifat yang perlu di tetapkan adalah Viscositas 2 Keminyakan 3 Residu karbon 4 Titik beku 5 Titik nyala 6 Keadaan air dan sedimen 7 Angka kenetralan dan keasaman 8 Angka pengendapan 9 Berat jenis 10 Warna d. Syarat minyak lumas Mengingat factor penyebabnya dan kerugian-kerugian yang terjadi akibat kerusakan minyak lumas, maka minyak lumas harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut 1 Mempunyai viscositas yang cocok untuk rongga, putaran dan beban bidang yang dilumasi, untuk rongga dan beban yang besar viscositasnya harus tinggi, dan putaran tinggi viscositasnya harus rendah. 2 Mempunyai tenaga lengket yang besar tehadap bidang minyak lumas. 3 Mempunyai kekuatan lapisan besar, agar kontak dalam logam dapat dihindarkan. 4 Bersifat anti karat. 5 Mempunyai titik alir yang rendah, agar tetap mengalir walaupun suhu kerja rendah terutama pada waktu star. 6 Mempunyai kelelahan terhadap pembentukan endapan partikel tertentu, dalam air, udara, bahan bakar dan gas hasil pembakaran. 7 Mempunyai kesanggupan untuk mencuci dan menghanyutkan partikel-partikel kecil tanpa menimbulkam pengelompokan atau endapan. 8 Bersifat menolak kotoran dalam silinder. 9 Tidak berbusa. 10 Tidak beracun, tidak menimbulkan karat. 11 Mempunyai titik nyala yang tinggi. 12 Stabil. Jurnal Sains Teknologi Transportasi Maritim p-ISSN 2684-9135 Volume I No. 1. Mei 2019. 22 C. Metode pelumasan Selain pemilihan yang tepat bahan minyak lumas yang sesuai bagi sifat-sifat bagian gesekan dengan keadaan kerja untuk mendapatkan pelumasan yang baik. Cara memberikan bahan minyak lumas pun harus sesuai. Cara melumasi a. Pelumasan dengan tangan Jika perlu, minyak di tuangkan dengan tangan dari bagian tuang ke bagian-bagian yang bergesekan. b. Pelumasan tetes c. Minyak yang disimpan pada wadah minyak menetes terus menerus melalui lubang kecil atau pun katup jarum. d. Pelumasan sumbu e. Minyak dari pada diakhiri secara terus menerus oleh penyerapan sumbu. f. Pelumasan dengan tekanan g. Minyak diberikan oleh alat pelumas bertekanan. Ditinjau dari cara pengaliran oli ke bagian-bagian yang perlu dilumasi, ada tiga system yang umumnya di gunakan yaitu sistem percik, sistem tekan, dan sistem kombinasi. a. Sistem percik Oli sampai ke bagian yang dilumasi dengan cara dipercikkan oleh ujung pipi engkol, pada ujung pipi engkol diberi sendok pemercik yang dirancang khusus, percikkan oli akan melumasi dinding silinder dan bearing. b. Sistem tekan Oli dialirkan ke bagian-bagian yang dilumasi dengan cara di pompa. Pada bagian-bagian tertentu dari komponen mesin dibuat saluran-saluran kecil sebagai jalan aliran oli. c. Sistem kombinasi Sistem kombinasi adalah gabungan antara system percik dan sistem tekan. Keuntungannya adalah apabila system tekan tak bekerja karena pompa oli rusak maka pelumasan pada batas-batas tertentu masih berlangsung dengan sistem percik. METODE A. Metode Penelitian Penulis menggunakan metode penelitian deskriktif analisis, yaitu merupakan penelitian yang dilaksakan terhadap fenomena atau populasi tertentu yang diperoleh. Penelitian dari subyek berupa individu, organisasi, industri atau perpektif yang dengan menjelaskan aspek-aspek yang relevan dengan fenomena yang diamati yaitu pelumasan dan pengaruh sistem pelumasan mesin induk pada KM. Djo pada PT. Dharma Bahari Riau. KM Djo mempunyai 3 kapal dan yang di lakukan penelitian atau pengamatannya adalah di KM. Djo B. Teknik Pengumpulan Data a. Studi lapangan Studi langsung pada pelumasan dan pengaruh sistem pelumasan mesin induk pada KM. Djo milik PT. Dharma Bahari Riau. b. Pengamatan Observasi Pengamatan atau observasi langsung pada pelumasan dan pengaruh sistem pelumasan mesin induk pada KM. Djo milik PT. Dharma Bahari Riau. c. Wawancara Interview Melakukan wawancara dengan koresponden yang dianggap sebagai sumber informasi pada KM. Djo Djo milik PT. Dharma Bahari Riau. d. Studi Kepustakaan Library Research Mempelajari buku-buku literature, diklat-diklat, atau sumber-sumber informasi lainnya yang berhubungan dengan masalah pelumasan dan pengaruh sistem pelumasan mesin induk pada KM. Djo No. 2 milik PT. Dharma Bahari Riau. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil a. Sistem Pelumasan Pada Mesin Induk Jurnal Sains Teknologi Transportasi Maritim p-ISSN 2684-9135 Volume I No. 1. Mei 2019. 23 Berdasarkan hasil penelitian dan temuan di lapangan system pelumasan pada Mesin Induk diatas kapal KM. Djo menggunakan system pelumasan carter kering dry sump tank , yang mana dalam system ini tidak ada minyak lumas di dalam carter seperti pada mesin-mesin kecil. Pada sistem carter kering ini, minyak lumas setelah melumasi mesin jatuh ke carter kemudian dialirkan ke tangki endap sump tank dan dipompa ke filter untuk menyaring minyak lumas tersebut dari kotoran-kotoran, pecahan-pecahan bahan atau partikel-pertikel logam. Setelah minyak lumas disaring dengan melewati filter, minyak lumas tersebut dialirkan ke pendingin minyak lumas oil cooler yang berfungsi untuk mendinginkan minyak lumas, kerena minyak lumas setelah melumasi dengan menggunakan sistem kombinasi, minyak lumas dialirkan dengan menggunakan pompa roda gigi, yang dibuat saluran-saluran kecil sebagai jalan aliran minyak pelumas. Sebagian lagi dialirkan dengan cara dipercikkan untuk pelumasan. Setelah pelumasan oli turun ke carter dari carter oli kembali ke sump tank yaitu Pompa Exter Service/Pompa terpisah dengan mesin. Jusak, b. Sistem Pendinginan Minyak lumas Tujuan dari sistem pendinginan minyak lumas adalah untuk mendinginkan minyak lumas sehingga minyak lumas tidak terbakar. System pendinginan minyak lumas yang digunakan di KM. Djo adalah sistem pendinginan tertutup, dimana pada sistem ini menggunakan media pendinginan air laut dan air tawar. Dalam sistem pendinginan minyak lumas tertutup ini air dipompa dimasukan ke dalam pendingin minyak lumas oil cooler untuk mendinginkan minyak lumas yang berasal dari tangki endap kemudian air laut tersebut dialirkan ke pendingin air tawar water cooler untuk mendinginkan air tawar tersebut, air laut tersebut dikeluarkan melalui lambung kapal. Sedangkan air tawar dan minyak lumas yang telah didinginkan oleh air laut dialirkan ke mesin induk untuk mendinginkan dan melumasi mesin tersebut. Sirkulasi minyak pelumas ditunjukkan pada gambar Didalam pendingin minyak lumas oil cooler ini, penyerahan panas dilakukan secara tidak langsung dimana minyak lumas dan air laut dipisahkan oleh dinding-dinding pipa. Penyerahan panas dilakukan melalui dinding-dinding pipa tersebut. Minyak lumas setelah keluar dari pendingin minyak lumas harus mencapai temperature ideal antara 50o C - 60o C. Gambar Sirkulasi Minyak Pelumas c. Proses Perawatan Sistem Pelumasan Mesin Diesel Sistem pelumasan merupakan sistem yang sangat berpengaruh besar terhadap kinerja mesin. Untuk itu kita harus selalu merawat/memelihara sistem ini, apabila sistem ini diabaikan dapat merusak mesin itu sendiri KM. Djo penggantian minyak pelumas selalu dilakukan setelah 1200 jam kerja. Dengan cara minyak pelumas bekas dipompa dari tangki endap sumptank. Setelah tangki endap kosong kemudian disemprot dengan udara bertekanan untuk membersihkan kotoran-kotoran, pecahan-pecahan bahan yang mengendap di tangki endap tersebut. Mengukur kapasitas minyak pelumas dengan menggunakan atat ukur sounding type, tambahkan minyak pelumas bila perlu sesuai dengan buku pedoman servicenya, dan perhatikan juga kondisi viskositas dari minyak pelumas tersebut. Carter Engineblock Turbocharger Jurnal Sains Teknologi Transportasi Maritim p-ISSN 2684-9135 Volume I No. 1. Mei 2019. 24 Selain mengganti atau membersihkan filter periksa juga minyak lumas, pipa-pipa saluran minyak lumas pun harus diperhatikan karena apabila terjadi kebocoran pada pipa-pipa saluran tersebut maka akan mengakibatkan borosnya minyak lumas dan tekanan pun akan mengalami penurunan. Untuk memeriksa pipa-pipa saluran minyak lumas mesin harus dihidupkan dengan begitu akan diketahui apakah ada atau tidaknya kebocoran-kebocoran pipa-pipa saluran tersebut. Perhatikan juga pada sambungan-pambungan dan packing-packingnya. Pada sistem pendinginnya pun harus mendapat perhatian dengan selalu memperhatikan pada alat ukur berapa temperature yang keluar dari pendingin minyak lumas ini dan selalu memperhatikan pipa-pipa air lautnya. B. Pembahasan Adapapun pembahasan rumusan masalah sebagai berikut a. Proses Pelumasan Proses pelumasan mesin induk di KM. Djo menggunakan sistem pelumasan carter kering seperti ditunjukkan pada gambar dimana minyak lumas yang telah melumasi bagian-bagian yang bergerak jatuh ke dalam carter dan kemudian dihisap oleh sebuah pompa dan dialirkan ke sebuah filter yang berguna untuk menyaring minyak lumas tersebut dari serbuk. Pecahan-pecahan bahan, partikel-partikel logam atau pun kotoran-kotoran yang berasal dari bidang kerja yang rusak. Kemudian dialirkan menuju cooler untuk mendinginkan minyak lumas sebelum dimasukkan ke dalam Purifier untuk diteruskan atau dibersihkan lebih lanjut ke dalam mesin induk dan disebarkan ke bagian-bagian yang memerlukan pelumasan. Karena mesin ini menggunakan sistem pelumasan carter kering maka diperlukan sebuah pompa yang berfungsi untuk menyalurkan atau mengalirkan minyak lumas ke komponen-kompone yang bergerak dengan suatu tekanan. Pompa yang dipergunakan adalah jenis pompa roda gigi, dimana pompa ini akan hidup secara otomatis setelah mesin dihidupkan karena pompa ini telah dihubungkan dengan poros engkol mesin itu sendiri. Gambar Proses Pelumasan b. Kendala pada saat pelumasan Kendala yang dihadapi pada saat pelumasan adalah 1. Mengenai minyak lumas yang mengalami kerusakan encer yang disebabkan oleh suhu minyak lumas melebihi suhu normal dan tercampurnya minyak lumas dengan cairan lain. 2. Mengenai tekanan minyak lumas yang selalu kering dari ketentuan. c. Upaya Pelumasan untuk mendapatkan tekanan yang diharapkan Tekanan dari minyak lumas harus mencapai tekanan 5kg/cm atau yang telah ditentukan. Apabila tekanan minyak lumas berkurang maka akan mengakibatkan minyak lumas tidak dapat mencapai bagian-bagian yang kecil cela-cela yang memerlukan pelumasan karena salah satu fungsi dari minyak lumas yaitu harus dapat memberikan suatu lapisan minyak flim antara dua permukaan yang bergesekan. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi kurangnya tekanan minyak lumas adalah dengan memeriksa saluran-saluran minyak lumas jangan sampai ada kebocoran pada saluran tersebut karena dapat menurunkan tekanan juga akan mengakibatkan borosnya minyak lumas karena Jurnal Sains Teknologi Transportasi Maritim p-ISSN 2684-9135 Volume I No. 1. Mei 2019. 25 terbuang. Selain kebocoran pada saluran-saluran pada minyak lumas juga perlu diperhatikan pompa tekan mimyak lumas. C. Pemecahan masalah Kendala-kendala yang timbul selama kegiatan pelumasan dilaksanakan dan diusulkan untuk mengatasi, menanggulangi kendala-kendala tersebut dengan menekan sekecil mungkin akibat yang ditimbulkan, adapun kendala-kendala tersebut dapat diatasi dengan upaya sebagai berikut a. Upaya yang dilakukan dalam mengatasi kerusakan pada minyak lumas encer yang disebabkan karena suhu minyak lumas melebihi batas normal dan tercampurnya minyak pelumasan dengan cairan lain adalah sebagai berikut 1 Pemeriksaan dan penggantian saringan/filter Fungsi dari pada saringan oli adalah untuk menyaring kotoran-kotoran yang terkandung dalam oli, oli didalan carter sebelum di pompa dan melumasi bagian-bagian yang bergerak dimasukkan terlebih dahulu ke dalam saringan/filter untuk penyaringan, karena oli setelah melumasi bagian-bagian yang bergerak akan membawa pecahan-pecahan bahan kotoran. Semakin lama penyaringan tersebut maka akan semakin bertumpuk kotoran-kotoran yang mengendap pada saringan tersebut. Kemudian akan menghambat saluran-saluran oli tersebut. Untuk itu perlu diadakan pemeriksaan saringan/filter tersebut. Langkah-langkah pemeriksaan saringan oli a Meletakkan bak penampungan dibawah untuk menyaring minyak lumas yang ada pada saringan/filter. b Melepaskan filter dengan alat khusus. c Melepaskan pengikat saringan dan keluarkan saringan. d Bongkar saringan minyak lumas. e Periksa elemen-elemen filter minyak lumas, bersihkan jika terlalu kotor atau rusak berat harus diganti. f Periksa pegas-pegas filter, jika lemah atau berubah bentuk maka harus diperbaiki atau diganti dengan yang baru. g Pasang kembali, pergunakan gasket yang baru untuk pemasangan kembali. h Apabila setelah pemeriksaan saringan oli mesin mengalami kerusakan maka saringan oli tersebut harus diganti dengan yang baru. 2 Cara pembersihan cooler Cara membersihkan cooler yaitu tutup valve inlet dan outlet air pendingin dengan membuka baut-baut pipa penghubung ke minyak lumas setelah itu buka tutup cooler. Setelah tutup cooler terbuka dengan menggunakan rotan tiap-tiap lubang disogok satu per satu sampai kotoran-kotorannya hilang atau keluar. Setelah itu dengan menggunakan udara tekan lubang-lubang tadi di semprot untuk membersihkan debu-debu dan kotoran-kotoran yang masih tertinggal di dalam lubang-lubang cooler tersebut. Apabila terjadi kebocoran didalam pendingin minyak lumas oil cooler terutama pada pipa-pipa saluran air laut maka minyak lumas dan air laut akan tercampur dan akan mengakibatkan minyak lumas menjadi encer. Untuk itu kita harus selalu mencermati ciri-ciri minyak lumas yang berbeda di tangki endap, antara lain sebagai berikut a. Tanda-tanda minyak lumas tercampur air tawar Berwarna coklat susu atau mendekati warna abu-abu, Rasanya tawar. b. Tanda-tanda minyak lumas tercampur air laut Berwarna kecoklat-coklatan atau mendekati keabu-abuan. Rasanya asin. c. Tanda-tanda minyak lumas tercampur bahan bakar. Kekentalan viscositet dari minyak lumas menjadi encer. Tanda-tanda minyak lumas harus diganti Warna hitam pekat Jurnal Sains Teknologi Transportasi Maritim p-ISSN 2684-9135 Volume I No. 1. Mei 2019. 26 Kekentalan viscositet menurun atau encer. Maka apabila terjadi kebocoran pada pipa-pipa saluran air laut tersebut dengan segera pipa-pipa kita tambal bila memungkinkan, apabila tidak maka gantilah pipa-pipa tersebut dengan pipa yang baru b. Upaya yang dilakukan agar tekanan minyak lumas mencapai tekanan yang diharapkan. 1 Pemeriksaan pada pipa-pipa saluran minyak lumas Pemeriksaan pada pipa-pipa saluran minyak lumas biasanya dilakukan pada waktu mesin itu jalan atau dihidupkan, seandainya ada kebocoran maka minyak lumas ada yang menetes keluar dari pipa. Ini biasanya terjadi pada sambungan-sambungan pipa yang tidak tepat atau rusak, maka apabila hal ini terjadi packing segera. Kebocoran juga dapat disebabkan oleh banyaknya lumpur dalam pipa-pipa yang dapat menyebabkan tersumbatnya saluran pipa-pipa tersebut. Karena tekanan dari minyak lumas yang tinggi akan mengakibatkan pipa-pipa saluran minyak lumas pecah dan ini harus segera diperbaiki bila memungkinkan atau diganti. 2 Pemeriksaan pada pompa tekan minyak lumas. a Keluarkan minyak lumas sampai habis. b Lepas bak carter. c Lepas baut pengikat pompa. d Bersihkan pompa minyak lumas dengan menggunakan solar. e Lepaskan bagian-bagian pipa minyak lumas. f Periksa cela antara roda gigi. g Periksa kerenggangan roda gigi penggerak. h Periksa kerenggangan roda gigi yang digerakkan. i Periksa celah antara roda gigi dengan tutup pompa. j Bandingkan hasil pengukuran diatas dengan pedoman buku servicenya. Selain pada roda gigi pompa juga harus di perhatikan pada ball bearingnya kemungkinan ball bearing tersebut aus sehingga mengakibatkan putaran mesin tidak normal. Apabila tekanan minyak lumas masih rendah maka pompa minyak lumas tersebut harus diganti dengan yang baru. Apabila tidak diganti maka akan mengakibatkan kerusakan pada mesin Sularso, Harua KESIMPULAN Kesimpulan berdasarkan hasil yang diperoleh adalah sebagai berikut a. Proses pelumasan Mesin Induk KM. Djo menggunakan sistem pelumasan carter kering, dimana sistem ini menampung minyak pelumas diluar mesin induk. Metode yang dilakukan untuk perawatan minyak lumas adalah dengan memehatikan viscositas minyak lumas dan jam kerja minyak lumas tesebut. b. Kendala yang sering dialami pada saat pelaksanaan pelumasan mesin Induk KM. Djo adalah minimnya pengalaman dan keteampilan awak kapal dalam melaksanakan perawatan lubricating oil separator karena faktor usia dan masa kerja yang baru c. Upaya untuk mencapai tekanan yang diharapkan adalah dengan memperhatikan kwalitas minyak lumas dan penggantian minyak lumas dapat memperkecil kerusakan pada mesin tersebut dan berikan minyak lumas sesuai dengan type dan jam kerja pada kapal. DAFTAR PUSTAKA Rasyid, AMK B. 2001. Prinsip Pelumasan. Suabaya Gramedia Pustaka Utama. Jusak, 2006. Pelumasan Mesin Induk Jakarta Liberti Pustaka. Sularso, Harua Tahara. 1983. Pompa Pelumas di Kapal Jakarta Pradnya Paramita. Wijaya, Budi Hendarto. 2010. Type Pelumasan Mesin Induk Jakarta Liberti Pustaka. ... Sistem pelumasan ini sangat penting dan dibutuhkan didalam mengoperasikan kapal seperti mesin induk Mustain et al., 2019 dan khususnya kompresor, karena pelumasan berfungsi sebagai pelumas untuk melumasi bagian-bagian dari kompresor. Selain itu juga berfungsi untuk melumasi bagian yang bergerak berputar supaya tidak mudah rusak, cepat aus dan patah. ...Margo SiswoJoko SubektiPurwantonoYudhi SetiyantaraAn air compressor is an auxiliary machine used to compress gases that usually suck air from the atmosphere, in addition to sucking air or high-pressure gases from atmospheric pressure. The purpose of this study is to determine the efforts made in carrying out two-level air compressor maintenance on the KM SK 3 ship owned by PT. Trasindo diamonds in an effort to produce high-pressure air when sailing. This research method is qualitative descriptive analysis. Data collection techniques are obtained through field research by combining interview, observation, and documentation methods. The results showed that the maintenance of the air compressor on the KM SK 3 ship to produce high-pressure air has been carried out properly according to the manual book. The efforts made include carrying out maintenance and checking regularly and always paying attention to the lubrication and cooling system. Another effort made in compressor maintenance is the creation of a schedule for each change of lubricating oil, in order to monitor each change of lubricating oil. Furthermore, during docking and emergency situations, check the piston rings, connecting rods and non-return valves. Kompresor udara merupakan suatu permesinan bantu yang digunakan untuk memampatkan gas yang biasanya menghisap udara dari atmosfer, selain itu untuk menghisap udara atau gas yang bertekanan tinggi dari tekanan atmosfer. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui upaya-upaya yang dilakukan dalam melakukan perawatan kompresor udara dua tingkat di kapal KM SK 3 milik PT. Berlian Trasindo dalam usaha untuk menghasilkan udara bertekanan tinggi saat melakukan pelayaran. Metode penelitian yang diguanakan adalah kualitatif deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan data didapatkan melalui penelitian lapangan field research dengan penggabungan metode interview, observasi, dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan perawatan kompresor udara di kapal KM SK 3 untuk menghasilkan udara bertekanan tinggi sudah dilakukan secara baik sesuai manual book. Upaya yang dilakukan diantaranya melakukan perawatan dan pengecekan secara rutin dan selalu memperhatikan sistem pelumasan dan pendinginan. Selain itu juga memeriksa alat-alat sebelum digunakan seperti alat-alat pengaman, packing-packing, seal-seal dan lain sebagainya. Upaya lain yang dilakukan dalam perawatan kompresor adalah pembuatan jadwal setiap mengganti minyak pelumas, gunanya untuk memantau setiap penggantian minyak pelumas. Selanjutnya pada pada saat doking dan situasi darurat melakukan pemeriksaan pada ring piston, connecting rod dan non return valve.... e- ISSN 2722-1679p-ISSN 2684-9135 Volume 3 No. 2 November 2021 9 minyak lumas sesuai dengan tipe dan jam kerja pada kapal Hendrawan et al., 2021;Mustain et al., 2019. ...Andi HendrawanAris SasongkoMuhamad DaffaPelumasan pada sistem sistem mesin induk merupakan hal yang vital agar mesin dpat awet dan kinerja mesin menjadi optmal. Semakin jauh jarak tempuh maka suhu mesin induk akan naik karena kemampuan oli dalam melumasi mesin makin berkurang. Penelitian ini dilakukan dengan observasi pada mesin induk KM. LOGISTIK NUSANTARA 4 mengobservasi kenaikan suhu pada setiap titik perjalan. Kemudian dicatat dan analisa apakah terdapat pengaruh umur pelumas terhadap kenaikan suhu mesin. Hasil menunjukan bahwa terdapat pengaruh umu pelumas terhadap kanikan suhu mesin induk. Hal ini dikarena penurunan viskositas sehingga daya serap oli juga makin rendah.... Pengaruh turunnya tekanan minyak pelumas terhadap kinerja motor diesel penggerak utama di kapal AHTS Transko Balihe ini juga sebagai ruang lingkup pembahasan, dimana pembahasan ini memiliki tujuan a Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi turunnya tekanan minyak pelumas pada motor diesel; b Untuk mengetahui dampak yang terjadi jika tekanan minyak pelumas motor diesel menurun; c Untuk mengetahui tentang upaya yang dilakukan untuk menjaga tekanan minyak pelumas. Maka perawatan dan pemeliharaan mesin induk dipengaruhi oleh kinerja minyak pelumas Mustain, I., Hidayat, T., & Abdurohman., 2019 ...AbdurohmanThe AHTS Transko Balihe ship with a diesel motor as the main propulsion engine. Lubrication is a process that occurs in diesel motors with the aim of reducing the occurrence of heat due to friction, cooling the rubbing parts, avoiding the sound produced by the engine due to friction so that the engine sound will be smoother, avoiding power losses due to friction which means increasing mechanical immersion, and for surface protection against corrosion. The author in this study collected data on problems that arise, then literature studies and questionnaires or interviews which were then analyzed and presented descriptively. This discussion provides an overview of the causes of the decrease in lubricating pressure, namely in the sediment tank that lacks lubricating oil, dirty or clogged filters, too high or low viscosity of lubricating oil, less than optimal pump work, poor manometer, worn engine parts. And the decrease in lubricating oil pressure, such as hot temperatures, greater friction between pistons and cylinder liners and friction in the main bearings and crankpin bearings, also requires attention and maintenance of lubricating oil such as sediment tanks, clogged filters, viscosity of lubricating oil, pump relief work. the valve, the pipes that drain the lubricating oil, the condition of the manometer needle, some parts are wornZainul IbadDicki Nizar ZulfikaAtika Isnaining DyahPada zaman modern saat ini bidan industri khususnya di bidang otomotif. Di Indonesia kebutuhan akan kendaraan bermotor sangat tinggi. Sehingga menyebabkan produsen berlomba-lomba untuk memningkatkan kualitas produk yang dijualnya. Kinerja motor merupakan salah satu hal yang diperhatikan dalam kendaraan bermotor. Kinerja motor juga berpengaruh dari tipe sistempembuangan yaitu knalpot. Pada dasarnya penggunaan knalpot racing adalah sebagai balap motor karena knalpot racing tidak ada pengaruhnya pada sistem pembuangan oleh gas sisa dari pembakaran jadi tenaga yang di hasilkan juga sangat besar. Pada penelitian ini menungganakan motor Ninja Kawasaki 250 Full Injection. Masyarakat banyak yang tidak tahu seberapa besarpengaruh knalpot racing terhadap performa mesin. Dengan ini peneliti meneliti terkait pengaruh pemggunaan knalpot racing terhadap performa mesin yang berupa daya dan torsi. Maka terdapat beberapa tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh dalam menggunaan knalpot racing terhadap performa mesin yang dihasilkan oleh Ninja Kawasaki 250 Full Injection tahun 2017. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Hasil dari peneletian ini adalah mengetahui hasil daya dan torsi yang WilastariApriandi Manuntun SabilSecara alamiah tidak ada barang yang dibuat oleh manusia yang tidak dapat rusak, tetapi usia kegunaannya dapat diperpanjang dengan melakukan perbaikan berkala dengan suatu aktivitas yang dikenal sebagai adalah suatu kombinasi dari berbagai tindakan yang dilakukan untuk menjaga suatu barang, atau memperbaikinya sampai mencapai suatu kondisi yang bisa dari penulisan ini untuk mengetahui penyebab tidak optimalnya kinerja kompresor utama terhadap pengisian botol angin, Serta proses penanganan tidak optimalnya kompresor. Metode yang digunakan dalam penulisan antara lain metode observasi atau pengamatan, metode interview atau wawancara dan metode studi hasil pembahasan yang telah diperoleh, KM. Hari Baru Indonesia mempunyai kendala pada kinerja kompresor antara lain terdapat karat pada katup isap kompresor, konsumsi oli kompresor yang boros, terdapat kebocoran pada sirkulasi pipa ke botol angin, serta kesalahan dalam pemilihan oli yang mengakibatkan komponen tidak awet. Proses perbaikan dan penanganan pada kompresor sangatlah penting dikarenakan menyangkut olah gerak ataupun untuk keperluan-keperluan lainnya. Tidak optimalnya kinerja kompresor salah satu penyebabnya adalah terdapat karat pada katup isap, udara luar yang masuk menyebabkan munculnya kerak dikarenakan udara tidak benar-benar bersih dan tidak kering. Cara mengatasi adanya karat ialah dengan melakukan penyekiran serta penggantian pada katup isap Mesin Induk JakartaJ H JusakJusak, 2006. Pelumasan Mesin Induk Jakarta Liberti Pustaka.
Sistem pelumasan mesin kapal yang paling penting adalah dari minyak pelumas itu sendiri. Minyak pelumas pada suatu sistem permesinan berfungsi untuk memperkecil gesekan-gesekan pada permukaan komponen-komponen yang bergerak dan bersinggungan. Selain itu minyak pelumas juga berfungsi sebagai fluida pendinginan pada beberapa motor. Karena dalam hal ini motor diesel yang digunakan termasuk dalam jenis motor dengan kapasitas pelumasan yang besar, maka system pelumasan untuk bagian-bagian atau mekanis motor dibantu dengan pompa pelumas. Sistem ini digunakan untuk mendinginkan dan melumasi engine bearing dan mendinginkan piston. Pada marine engine lubrication oil system dipengaruhi oleh beberapa kondisi operasi kapal seperti trim, roll & pitching serta list. Acuan regulasi untuk sistem pelumas sama dengan system bahan bakar yaitu section 11 rules volume 3. Dimana hal-hal yang harus diperhatikan dalam sistem pelumasan mesin kapal antara lain – Jika diperlukan pompa denga self priming harus dipakai section 11 – Filter pelumas diletakkan pada discharge pompa section 11 – Filter utama aliran harus disediakan system control untuk memonitor perbedaan tekanan section – Pompa utama dan independent stand by harus disediakan section 11 Lubrication oil system didesain untuk menjamin keandalan pelumasan pada over range speed dan selama engine berhenti, dan menjamin perpindahan panas yang berlangsung. Tangki gravitasi minyak lumas dilengkapi dengan overflow pipe menuju drain tank. Lubrication oil filter dirancang di dalam pressure lines pada pompa, ukuran dan kemampuan pompa disesuaikan dengan keperluan engine. Filter harus dapat dibersihkan tanpa menghentika mesin. Untuk itu dapat digunakan filter dupleks atau automatic back flushing filter. Mesin dengan output lebih dari 150 kw dimana supplai pelumas dari engine sump tank dilengkapi dengan simpleks filter dengan alarm pressure dirancang dibelakang filter dan filter dapat dibersihkan selama operasi , untuk keperluan ini sebuah shutt off valve by-pass dengan manual operasi. Suatu sistem pelumasan mesin kapal yang ideal harus memenuhi persyaratan sebagai berikut Memelihara film minyak yang baik pada dinding silinder sehingga mencegah keausan berlebihan pada lapisan silinder, torak dan cincin torak. Mencegah pelekatan cincin torak. Merapatkan kompressi dalam silinder. Tidak meninggalkan endapan carbon pada mahkota dan bagian atas dari torak dan dalam lubang buang serta lubang bilas. Tidak melapiskan lak pada permukaan torak atau silinder. Mencegah keausan bantalan Mencuci bagian dalam mesin Tidak membentuk lumpur, menyumbat saluran minyak, tapisan dan saringan, atau meninggalkan endapan dalam pendingin minyak Dapat digunakan dengan sembarang jenis saringan Hemat dalam penggunaan. Memungkinkan selang waktu yang relatif lama antara penggantian. Memiliki sifat yang bagus pada start dingin. Prinsip Kerja Minyak pelumas dihisap dari lub. oil sump tank oleh pompa bertipe screw atau sentrifugal melalui suction filter dan dialirkan menuju main diesel engine melalui second filter dan lub. oil cooler. Temperatur oil keluar dari cooler secara otomatis dikontrol pada level konstan yang ditentukan untuk memperoleh viskositas yang sesuai dengan yang diinginkan pada inlet main diesel engine. Kemudian lub. oil dialirkan ke main engine bearing dan juga dialirkan kembali ke lub. oil sump tank. Baca juga Fungsi Jangkar Kapal Laut VELASCO INDONESIA PERSADA adalah distributor dan Supplier di jakarta dan juga Jual Aki kapal, Jual Terpal, Jual jaring ikan, Jual Rantai kapal, Jual jangkar kapal, jual rantai baja, Jual navigasi kapal, Jual lampu kapal, sparepart kapal Jakarta, jual jaket pelampung dll, dengan pelayanan terbaik di Jakarta. Kami juga menjual alat kapal Rantai, rigging, wire rope, alat keselamatan kapal, peralatan safety, chemical product dll. Lihat produk kami lainnya di sini. Semua barang yang kami jual dilengkapi sertifikat dan berkualitas. Silahkan hubungi kami lewat Whatsapp 081290808833 atau 021 690 5530. Bisa juga melalui email ke [email protected] atau [email protected] Atau lihat produk kami lainnya di sini. VELASCO INDONESIA PERSADA juga melakukan pengiriman melalui semua pelabuhan se-Indonesia seperti Pelabuhan Krueng Geukueh, Pelabuhan Belawan, Pelabuhan Teluk Bayur, Pelabuhan Domestik Bandar Sri Junjungan Dumai, Pelabuhan Nongsa, Pelabuhan Tanjung Pandan, Pelabuhan Pulau Baai, Pelabuhan Panjang, Pelabuhan Sunda Kelapa, Pelabuhan Pramuka, Pelabuhan Merak, Pelabuhan Adikarto, Pelabuhan Tanjung Perak, Pelabuhan Benoa, Pelabuhan Gili Trawangan, Pelabuhan Tenau, Pelabuhan Malundung, Pelabuhan Dwikora, Pelabuhan Palangkaraya, Pelabuhan Batu Licin, Pelabuhan Kampung Baru, Pelabuhan Bitung, Pelabuhan Polewali, Pelabuhan Tanjung Mas, Pelabuhan Pantoloan, Pelabuhan Kendari, Pelabuhan Soekarno-Hatta, Pelabuhan Gorontalo, Pelabuhan Yos Soedarso, Pelabuhan Ternate, Pelabuhan Fak-fak, Pelabuhan Jayapura, Pelabuhan Merauke, Pelabuhan Nabire, Pelabuhan Tanjung Api-api, Pelabuhan Laut Jambi.
Connection timed out Error code 522 2023-06-14 235833 UTC What happened? The initial connection between Cloudflare's network and the origin web server timed out. As a result, the web page can not be displayed. What can I do? If you're a visitor of this website Please try again in a few minutes. If you're the owner of this website Contact your hosting provider letting them know your web server is not completing requests. An Error 522 means that the request was able to connect to your web server, but that the request didn't finish. The most likely cause is that something on your server is hogging resources. Additional troubleshooting information here. Cloudflare Ray ID 7d7684e4d91d1c7c • Your IP • Performance & security by Cloudflare
Uploaded bykhafid utama 0% found this document useful 0 votes333 views8 pagesDescriptionsistem pelumasan pada kapalCopyright© © All Rights ReservedShare this documentDid you find this document useful?Is this content inappropriate?Report this Document0% found this document useful 0 votes333 views8 pagesLubrication Oil Pada KapalUploaded bykhafid utama Descriptionsistem pelumasan pada kapalFull descriptionJump to Page You are on page 1of 8Search inside document You're Reading a Free Preview Pages 5 to 7 are not shown in this preview. Buy the Full Version Reward Your CuriosityEverything you want to Anywhere. Any Commitment. Cancel anytime.
gambar sistem pelumasan mesin kapal